Ethereum Melonjak Usai Pidato Powell, Diprediksi Capai Rp 300 Juta pada 2028

Posted on

Ethereum Kembali Mencetak Rekor Harga

Harga Ethereum kembali menciptakan sejarah. Untuk pertama kalinya sejak era bull market kripto tahun 2021, harga aset kripto ini melampaui rekor tertingginya dan mencapai angka yang sangat mengejutkan, yaitu USD 4.866 atau sekitar Rp 79 juta. Lonjakan ini menunjukkan bahwa Ethereum tidak hanya mengikuti jejak Bitcoin, tetapi juga mulai menunjukkan kekuatannya sebagai aset kripto utama yang semakin diminati oleh institusi dan investor besar.

Penguatan harga Ethereum dipicu oleh pernyataan dovish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam simposium tahunan di Jackson Hole. Dalam pidatonya, Powell menyebut bahwa “keseimbangan risiko kini mulai bergeser”, yang mungkin akan memengaruhi kebijakan moneter. Kalimat ini langsung dianggap sebagai sinyal kuat terhadap potensi pemangkasan suku bunga pada September mendatang.

Pasar merespons dengan cepat. Ethereum mengalami kenaikan sebesar 15 persen dan mencetak rekor baru. Sementara itu, Bitcoin juga naik ke kisaran USD 124.500 atau setara Rp 2,02 miliar. Saham-saham perusahaan yang terkait dengan kripto seperti Coinbase, Circle, dan Sharplink juga ikut melonjak hingga lebih dari 7 persen.

Lonjakan ini bukan hanya respons spontan terhadap kabar suku bunga. Ethereum semakin menarik bagi investor institusional karena memiliki ekosistem yang luas, termasuk keuangan terdesentralisasi (DeFi), tokenisasi aset, dan pembayaran stablecoin. Menurut data Bloomberg, dana spot ETF Ethereum di Amerika Serikat telah mengalir lebih dari USD 2,5 miliar hanya dalam bulan Agustus ini, jauh mengungguli arus dana ke ETF Bitcoin yang justru mengalami outflow sebesar USD 1,3 juta.

Katalin Tischhauser, Head of Research di Sygnum Bank, menjelaskan bahwa pasar kripto merespons dengan cepat dan positif. Dalam siklus bull market yang didorong likuiditas seperti sekarang, investor cepat menanggapi sinyal dovish, dan komentar Powell memberikan hal tersebut.

Selain spekulan ritel, banyak perusahaan juga membeli ETH sebagai bagian dari strategi treasury mereka. Platform seperti BitMine bahkan berambisi menguasai 5 persen dari total pasokan Ethereum global. Selain itu, komunitas Ethereum meluncurkan organisasi baru bernama Etherealize untuk mendorong adopsi jaringan Ethereum di kalangan bisnis dan institusi.

Optimisme pun muncul. Arthur Hayes, CIO Maelstrom, memprediksi harga Ethereum bisa tembus USD 10.000 bahkan USD 20.000 di akhir siklus. Geoffrey Kendrick dari Standard Chartered juga memperkirakan Ethereum bisa menyentuh USD 7.500 pada akhir tahun ini dan USD 25.000 pada 2028. Jika proyeksi ini terealisasi, maka nilai Ethereum bisa mencapai lebih dari Rp 407 juta per koin.

Momentum Ethereum juga didorong oleh aktivitas on-chain yang kuat. Data dari CoinGlass mencatat terjadi likuidasi posisi short sebesar USD 120 juta hanya dalam satu jam, memicu tekanan beli yang signifikan. Harga Ethereum pun terus terdorong naik saat posisi short ditutup secara paksa oleh sistem.

Keunggulan Ethereum juga terlihat dari performanya yang mengungguli kripto besar lain seperti Solana, XRP, dan Litecoin. Saat Bitcoin masih tertahan di level USD 116.000 atau sekitar Rp 1,89 miliar, Ethereum justru terus memimpin dengan ekosistem yang semakin kompleks dan terintegrasi dengan sistem keuangan global, termasuk potensi penggunaan dalam proyek digital euro oleh Uni Eropa.

Meningkatnya kejelasan regulasi di Amerika dan Eropa turut menjadi katalis penting. Undang-Undang Genius Act yang memberikan landasan hukum bagi stablecoin serta pertimbangan Uni Eropa menjadikan Ethereum sebagai infrastruktur digital euro memberi sinyal kuat bahwa Ethereum kini dipandang lebih dari sekadar aset spekulatif.

Jika tren ini terus berlanjut, Ethereum bukan hanya akan menjadi pionir teknologi blockchain, tapi juga pemain utama dalam sistem keuangan global yang baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *