Sosok di Balik Viralnya Raya: Balita Meninggal Karena Cacingan, Dedi Mulyadi Minta Maaf

Posted on

Keprihatinan Gubernur Jabar atas Meninggalnya Balita Akibat Cacingan Ekstrem

Kasus kematian Raya (3), balita asal Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, akibat cacingan ekstrem, menimbulkan perhatian serius dari berbagai pihak. Termasuk di dalamnya adalah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang menyampaikan rasa prihatin dan permintaan maaf terhadap pelayanan pemerintah yang dinilai belum maksimal hingga menyebabkan kejadian tragis ini.

Dedi menyampaikan penyesalannya melalui akun Instagramnya, menjelaskan bahwa pelayanan pemerintah di Jawa Barat belum sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan. Ia menekankan pentingnya meningkatkan kualitas layanan agar tidak kalah cepat dan efektif dibanding lembaga-lembaga sosial yang bekerja tanpa dukungan anggaran negara.

Selain itu, Dedi mengucapkan terima kasih kepada Rumah Teduh Sahabat Iin yang telah sigap menangani Raya sejak awal. Meski akhirnya bocah malang itu meninggal dunia, aksi Rumah Teduh menjadi contoh penting bagi seluruh jajaran pemerintahan untuk lebih responsif dan proaktif dalam melayani masyarakat.

Kisah Viral Raya dan Perjuangan Rumah Teduh Sahabat Iin

Cerita Raya viral setelah diunggah oleh akun Instagram @rumah_teduh_sahabat_iin pada 14 Agustus 2025. Video tersebut memperlihatkan proses evakuasi, perawatan, hingga kematian Raya. Bocah tersebut dievakuasi dari rumahnya pada 13 Juli 2025 dan langsung dirawat di PICU rumah sakit karena kondisi kritis.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Raya mengidap cacingan ekstrem dengan jumlah ratusan cacing yang hidup di tubuhnya, bahkan sampai ke otak. Beberapa cacing terlihat keluar melalui hidung atau mulut Raya. Setelah sembilan hari berjuang, Raya akhirnya meninggal dunia pada 22 Juli 2025 setelah koma.

Rumah Teduh Sahabat Iin, yang didirikan oleh Iraningsih Achsien atau dikenal sebagai Iin Achsien pada 2011, merupakan tempat singgah bagi pasien dari kalangan miskin yang kesulitan mengakses fasilitas kesehatan. Awalnya, Iin hanya bisa membantu dua hingga tiga pasien, tetapi berkat dukungan media sosial dan donasi, Rumah Teduh berkembang pesat. Hingga saat ini, Rumah Teduh memiliki lebih dari 20 rumah singgah di berbagai daerah seperti Bandung, Sukabumi, Malang, dan Jakarta.

Kondisi Keluarga Raya yang Memprihatinkan

Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, mengungkapkan bahwa kondisi keluarga Raya sangat memprihatinkan. Kedua orang tua Raya diduga mengalami keterbelakangan mental. Ibu Raya disebut mengidap gangguan jiwa, sedangkan ayahnya menderita TBC. Kondisi ini menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap Raya.

Raya sering diasuh oleh nenek atau kerabatnya, dan sejak kecil ia biasa bermain di bawah kolong rumah bersama ayam-ayam. Kebiasaan ini diduga menjadi penyebab cacingan ekstrem yang menyerang tubuhnya. Saat dikonfirmasi, Dedi Mulyadi menyatakan bahwa Raya memang mengidap cacingan akibat lingkungan yang tidak bersih dan kurangnya kebersihan.

Kendala Administrasi dalam Pengobatan

Meski Rumah Teduh Sahabat Iin berusaha mengurus administrasi pengobatan Raya, hasilnya nihil. Raya tidak memiliki Kartu Keluarga (KK), sehingga tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) atau BPJS Kesehatan. Hal ini menyulitkan proses pengobatan secara resmi. Akibatnya, pengobatan Raya ditanggung sendiri oleh Rumah Teduh dengan bantuan donatur.

Wardi Sutandi juga mengonfirmasi bahwa keluarga Raya sama sekali tidak memiliki dokumen administratif. Meskipun Raya sering datang ke klinik atau puskesmas, keadaan kritisnya baru terdeteksi setelah ada keluarga yang melaporkan ke Rumah Teduh. Berkat bantuan ambulans, Raya akhirnya bisa mendapat perawatan di rumah sakit.

Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi pemerintah dan masyarakat luas tentang pentingnya akses layanan kesehatan yang merata dan tanggap terhadap kondisi masyarakat yang rentan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *