Penjelasan Sri Mulyani Mengenai Pernyataannya di Media Sosial
Belakangan ini, berbagai platform media sosial, khususnya TikTok, banyak menampilkan potongan video yang menunjukkan pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, yang disebutkan menyebut guru sebagai beban negara. Namun, hal tersebut ternyata tidak benar dan merupakan informasi palsu atau hoaks.
Sri Mulyani langsung memberikan klarifikasi melalui akun Instagram resminya pada Selasa (19/8/2025). Ia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menyatakan bahwa guru adalah beban negara. Menurutnya, potongan video yang beredar luas itu adalah hasil dari deepfake dan tidak utuh dari pidatonya dalam sebuah forum.
“Potongan video yang menampilkan seolah-olah saya menyatakan guru adalah beban negara itu hoaks,” ujar Sri Mulyani. “Faktanya, saya tidak pernah menyatakan bahwa guru adalah beban negara.”
Ia juga mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Dengan adanya informasi yang tidak jelas sumbernya, penting bagi setiap orang untuk memverifikasi kebenaran berita sebelum menyebarkannya.
Isi Pidato Lengkap Sri Mulyani di ITB
Dalam pidato yang disampaikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 7 Agustus lalu, Sri Mulyani membahas berbagai aspek terkait anggaran pendidikan dan peran APBN dalam bidang sains, teknologi, dan riset. Pidato tersebut berlangsung selama sekitar 20 menit dan mencakup beberapa poin penting.
Pertama, ia menjelaskan bahwa 20 persen dari anggaran APBN dialokasikan untuk pendidikan. Tahun ini, jumlahnya mencapai Rp750 triliun, yang digunakan untuk memperkuat ekosistem pendidikan nasional.
Selain itu, Sri Mulyani menyentil isu demonstrasi guru dan dosen terkait tunjangan kinerja yang sempat terjadi beberapa bulan lalu. Menurutnya, intelektualitas dan prestasi harus dihargai secara proporsional, bukan hanya didasarkan pada kesetaraan. Ia menegaskan bahwa penilaian kinerja dosen dan guru harus menjadi bagian dari sistem insentif yang dipertimbangkan oleh perguruan tinggi.
Pembagian Anggaran Pendidikan
Sri Mulyani juga menjelaskan pengelolaan APBN pendidikan yang dibagi menjadi tiga kluster besar:
- Kluster pertama mencakup biaya operasional sekolah per kapita, beasiswa PIP, KIP Kuliah, beasiswa pascasarjana, serta program pendidikan usia dini (PAUD).
- Kluster kedua berfokus pada guru dan dosen, termasuk gaji dan tunjangan kinerja. Di sini, Sri Mulyani menyampaikan bahwa masalah gaji guru menjadi salah satu tantangan keuangan negara. Ia menanyakan apakah semua harus ditanggung negara, atau ada kontribusi dari masyarakat.
- Kluster ketiga mencakup sarana dan prasarana pendidikan seperti revitalisasi sekolah rusak, pembangunan sekolah rakyat untuk anak miskin, kampus, laboratorium penelitian, hingga rumah sakit pendidikan.
Dana Abadi Pendidikan dan Insentif Fiskal
Selain itu, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa Indonesia kini memiliki Dana Abadi Pendidikan senilai Rp154,11 triliun, ditambah tambahan Rp20 triliun tahun ini sehingga totalnya menjadi Rp175 triliun. Dana ini digunakan untuk memberi beasiswa serta mendanai ribuan proyek riset di bidang sains, teknologi, dan industri strategis.
Selain beasiswa dan riset, pemerintah juga menyiapkan insentif fiskal berupa supertax deduction untuk penelitian. Ia berharap para ilmuwan dan akademisi dapat berkontribusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memajukan Indonesia.
“Bapak dan Ibu sekalian, kami telah menyiapkan beasiswa, pembangunan, pendanaan riset, serta skema yang fleksibel agar penelitian bisa berjalan. Sekarang saatnya Anda semua melakukan bagian Anda. Jadilah unggul, berprestasi, dan dorong Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi,” tutup Sri Mulyani.


