Pertumbuhan Konsumsi Listrik Per Kapita di Indonesia
Konsumsi listrik per kapita nasional mengalami peningkatan signifikan pada Juni 2025. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), konsumsi listrik per kapita mencapai 1.448 kiloWatt-hour (kWh) atau meningkat sebesar 2,62 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1.411 kWh. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin meningkat.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa realisasi konsumsi listrik per kapita tersebut telah mencapai 98,9 persen dari target tahun 2025 sebesar 1.464 kWh. Ia menjelaskan bahwa tingkat konsumsi listrik menjadi salah satu indikator penting dalam menilai aktivitas masyarakat dan industri. “Kenaikan konsumsi listrik mencerminkan perkembangan ekonomi yang positif,” ujarnya dalam konferensi pers di kantor Kementerian ESDM, Senin, 11 Agustus 2025.
Tren konsumsi listrik per kapita di Indonesia terus meningkat sejak 2021. Pada tahun 2021, konsumsi tercatat sebesar 1.123 kWh, kemudian naik menjadi 1.173 kWh pada 2022, 1.337 kWh di 2023, dan 1.411 kWh pada 2024. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan energi listrik semakin besar setiap tahunnya.
Selain itu, kapasitas terpasang pembangkit listrik juga mengalami pertumbuhan. Hingga semester I 2025, kapasitas terpasang mencapai 105 gigawatt (GW), meningkat 4,4 GW dibandingkan akhir 2024. Tambahan kapasitas sebesar 4,4 GW atau setara 4.400 megawatt (MW) ini merupakan bagian dari tren kenaikan yang konsisten sejak 2021, saat kapasitas masih berada di angka 74,5 GW.
Bahlil menegaskan bahwa seluruh tambahan kapasitas tersebut telah masuk tahap operasi secara komersial atau Commercial Operation Date (COD). Pembangunan pembangkit baru dilakukan untuk mengimbangi pertumbuhan kebutuhan listrik nasional yang terus meningkat.
Produksi Minyak dan Gas Bumi yang Meningkat
Dalam hal produksi minyak dan gas bumi, Kementerian ESDM melaporkan bahwa produksi migas rata-rata mencapai 111,9 persen di atas target APBN 2025. Produksi minyak pada bulan Juni 2025 mencapai 608,1 ribu barel per hari atau 100,5 persen dari target APBN 2025 sebesar 605 ribu barel per hari. Rata-rata produksi semester pertama mencapai 602,4 ribu barel per hari (99,5 persen dari target).
Sementara itu, produksi gas bumi pada Juni 2025 mencapai 1.146,4 MBOEPD dan rata-rata produksi semester 1 sebesar 1.199,7 MBOEPD atau 119 persen dari target. Porsi pemanfaatan gas bumi sepanjang semester 1 adalah 5.598 BBTUD, dengan 69 persen atau 3.877 BBTUD digunakan untuk kebutuhan domestik, sementara sisanya sebesar 1.721 BBTUD atau 31 persen digunakan untuk ekspor.
Produksi Batu Bara dan Pengelolaannya
Produksi batu bara dari Januari hingga Juni 2025 mencapai 357,6 juta ton atau 48,34 persen dari target tahun 2025 sebesar 739,7 juta ton. Dari jumlah tersebut, 104,6 juta ton diperuntukkan bagi penggunaan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO).
Bahlil menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam seperti batu bara agar dapat memberikan manfaat jangka panjang. “Pengelolaan batu bara tidak boleh hanya untuk 5 tahun, tetapi kita harus mempertimbangkan keberlanjutan untuk generasi mendatang,” ujarnya.
Penggunaan Biodiesel Domestik
Selain itu, pemanfaatan biodiesel domestik dari Januari hingga Juni 2025 mencapai 6,8 juta kL dari target 2025 sebesar 15,6 juta kilo liter (kl). Pemanfaatan biodiesel ini memberikan dampak ekonomi signifikan berupa penghematan devisa sebesar US$ 3,68 miliar atau Rp 60,37 triliun dari pengurangan impor diesel. Selain itu, terdapat peningkatan nilai tambah Crude Palm Oil (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp 9,51 triliun.


