Profil dan Kiprah Ridho Illahi dalam Budidaya Bawang Merah
Ridho Illahi, seorang petani muda asal Desa Mempaya, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, kini menjadi perhatian banyak pihak setelah sukses membudidayakan bawang merah dengan sistem tanam biji. Keberhasilannya ini memberikan inspirasi bagi para petani lokal untuk mencoba mengembangkan budidaya yang bisa menopang kebutuhan daerah.
Bawang merah, salah satu bumbu masak yang sering digunakan dalam berbagai hidangan, menjadi fokus utama Ridho dalam usaha pertaniannya. Di tengah fluktuasi harga bawang merah yang relatif tinggi, ia melihat peluang besar untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Hal ini mendorongnya untuk mencoba menanam bawang merah di lahan milik keluarganya.
Latar Belakang Ridho Illahi
Lahir pada 12 Maret 1998 di Desa Mempaya, Ridho adalah putra dari pasangan Ridwan dan Henyawati. Ia menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sejak lulus, ia mulai tertarik untuk menjajaki dunia pertanian, terutama dalam budidaya bawang merah.
Kabupaten Belitung Timur masih bergantung pada pasokan bawang merah dari Pulau Jawa. Namun, Ridho tidak ingin hal ini menjadi penghalang. Ia memulai uji coba menanam bawang merah pada tahun 2019 dengan menggunakan bibit biji yang diperoleh dari hasil uji coba di kebun orang tuanya. Hasilnya cukup memuaskan, hingga akhirnya mendapat perhatian dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Belitung Timur.
Awal Keterlibatan dalam Budidaya Bawang Merah
Dengan luas lahan sekitar 1.000 meter persegi, Ridho kini konsisten membudidayakan bawang merah menggunakan 100 bibit Bima Brebes yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan Pangan. Ia menyatakan bahwa proses penanaman membutuhkan waktu sekitar 55-60 hari, dan dari 100 kilogram bibit tersebut, ia berhasil panen antara 8-10 ton.
Harga jual bawang merah saat ini sangat menjanjikan, yaitu sekitar Rp70 ribu per kilogram. Selain itu, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah dijalankan sejak awal tahun 2025 juga memberikan dampak positif bagi para petani lokal. Salah satunya adalah SPPG Damar yang rutin memesan bawang merah dari hasil panen Ridho dan petani lainnya.
Manfaat Program MBG bagi Petani Lokal
Program MBG di Damar, Kabupaten Belitung Timur, telah memberikan manfaat besar bagi para siswa dan petani lokal. Ridho, yang juga merupakan Ketua Bumdes Mengpayak Jaye, menyampaikan bahwa program ini memberikan peluang ekonomi yang lebih baik bagi para petani.
Saat ini, sebanyak 100 petani dari gabungan Gapoktan dan Kelompok Wanita Tani telah tergabung dalam Bumdes Mengpayak Jaye. Mereka rutin mendistribusikan hasil tanam ke SPPG Damar setiap seminggu sekali. Beragam sayuran seperti kangkung, bayam, buncis, sawi, dan timun serta bumbu dapur seperti cabai, bawang merah, dan kunyit disalurkan secara berkala.
Selain itu, SPPG juga meminta bahan-bahan seperti buah-buahan seperti semangka, pisang, salak, dan pepaya. Ridho menyampaikan bahwa seluruh hasil panen ini dapat dijual ke SPPG dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan jika dijual ke toko atau pasar biasa.
Tantangan dan Harapan Ridho
Meski ada peluang besar, Ridho dan petani lokal masih menghadapi beberapa kendala. Salah satunya adalah kurangnya pembibitan bawang merah di wilayah Belitung Timur. Saat ini, pembibitan masih diambil dari luar daerah, dan penyimpanan bibit juga menjadi tantangan karena mudah rusak jika tidak dikelola dengan baik.
Ia berharap pemerintah dapat membentuk tim khusus pembibitan agar hasil bibit lebih baik dan meningkatkan minat petani lokal untuk menanam bawang merah. Dengan adanya pembibitan yang lebih baik, pasokan bawang merah di Kabupaten Belitung Timur bisa lebih mandiri.
Harapan untuk Masa Depan
Ridho berharap SPPG di Belitung Timur tetap memprioritaskan bahan baku dari petani lokal. Dukungan ini akan memberikan motivasi bagi para petani untuk terus meningkatkan hasil tanam mereka. Ia percaya bahwa dengan kolaborasi yang baik antara petani dan lembaga pemerintah, pertanian di Belitung Timur bisa berkembang lebih pesat.


