Turunnya ADRO dari MSCI, Dampaknya Apa?

Posted on

Perubahan Signifikan dalam Pasar Global untuk PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADRO)

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADRO), perusahaan tambang yang dimiliki oleh konglomerat Garibaldi Thohir, mengalami perubahan signifikan di pasar global setelah dikeluarkan dari indeks MSCI Global Standard. Dalam rilis terbaru yang diumumkan pada Kamis (7/8), saham ADRO kini masuk ke dalam indeks MSCI Small Cap. Hal ini menandai pergeseran besar dalam posisi perusahaan di pasar modal internasional.

Berdasarkan hasil tinjauan MSCI pada Agustus 2025, dua saham lainnya yang masuk ke dalam indeks MSCI Global Standard adalah emiten milik Grup Sinarmas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), dan emiten milik konglomerat RI Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Pergeseran ini bukan hanya disebabkan oleh penurunan kinerja, melainkan juga akibat restrukturisasi besar-besaran melalui spin-off unit infrastruktur menjadi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) pada 2024.

Langkah tersebut memindahkan sebagian kapitalisasi dan likuiditas ADRO ke AADI, yang langsung masuk ke MSCI Small Cap kurang dari setahun setelah IPO. Meskipun status indeks berubah, analis tetap optimis tentang prospek ADRO. Perusahaan sedang melakukan transformasi bisnis menuju logam rendah emisi, aluminium hijau, dan energi bersih. Potensi dividen menarik juga muncul di tengah tren transisi energi global.

Strategi dan Transformasi Bisnis

Strategi perusahaan tidak hanya terbatas pada sektor batubara. ADRO sedang bergerak menuju industri energi baru dengan fokus pada logam rendah emisi dan aluminium hijau. Proyeksi produksi batu bara metalurgi (met coal) mencapai 6,6 juta ton pada tahun 2025, didukung oleh cadangan sebesar 980 juta ton dan kapasitas produksi hingga 6 juta ton per tahun pada 2027.

Selain itu, pembangunan pabrik peleburan aluminium berbasis energi air dengan kapasitas 500.000 ton per tahun juga menjadi bagian dari strategi ADRO. Proyeksi laba bersih tahun 2025 sebesar US$ 344 juta mendukung estimasi dividen per saham (DPS) sebesar Rp 129, dengan potensi imbal hasil 6,6% ditopang oleh arus kas bebas sebesar US$ 887 juta.

Peran Spin-Off dalam Perubahan Indeks

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa turunnya kasta ADRO dari MSCI Global Standard ke Small Cap bukan hanya disebabkan oleh penurunan kapitalisasi atau likuiditas. Namun, lebih merupakan konsekuensi dari restrukturisasi strategis grup Adaro melalui aksi korporasi besar, yaitu pemisahan unit usaha infrastruktur menjadi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).

Spin-off ini memisahkan unit bisnis infrastruktur seperti pelabuhan, jalan hauling, dan energi non-batubara ke dalam AADI. Hasilnya, sebagian nilai kapitalisasi dan daya tarik likuiditas ADRO secara alami terdistribusi ke AADI. Dan terbukti, AADI langsung berhasil masuk ke MSCI Small Cap Index pada Agustus 2025, hanya dalam waktu kurang dari setahun sejak IPO.

Liza menambahkan bahwa dana pasif yang mereplikasi MSCI Global Standard kemungkinan akan melakukan penyesuaian portofolio dengan memindahkan sebagian alokasi dari ADRO ke anak usahanya, AADI. Hal ini bergantung pada kebijakan masing-masing pengelola dana. Namun, total inflow tidak hilang dari grup Adaro secara keseluruhan—hanya berpindah entitas.

Prospek dan Risiko

Kiwoom Sekuritas menilai, pergerakan harga saham ADRO sangat dipengaruhi oleh persepsi pasar terhadap value creation setelah spin-off. Jika pasar melihat ADRO kini lebih fokus sebagai pure coal play, peluang untuk re-rating tetap ada, meskipun turunnya permintaan batu bara global dan volatilitas harga komoditas masih menjadi risiko utama.

Di sisi lain, AADI berpotensi menarik minat dana tematik atau terkait ESG yang lebih mengutamakan profil infrastruktur dan energi bersih. Meskipun ukuran indeksnya masih small cap untuk saat ini, potensi pertumbuhan di sektor infrastruktur energi tetap menjanjikan.

Target Harga Saham dan Rekomendasi

Mirae Asset Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk saham ADRO dengan target harga Rp 2.300. Penilaian ini didasarkan pada metode sum-of-the-parts (SOTP), yang mencerminkan rasio P/E proyeksi 2025 sebesar 12,3x. Meski harga saham ADRO telah turun 21,8% sejak awal tahun (ytd), Mirae melihat peluang kenaikan seiring pergeseran fokus perusahaan ke sektor batu bara metalurgi, energi terbarukan, dan aluminium hijau.

Risiko utama mencakup volatilitas harga, potensi keterlambatan proyek peleburan, serta dinamika kebijakan hilir. Namun, Farras menilai prospek revaluasi tetap kuat, terutama dengan proyeksi laba bersih yang positif dan potensi dividen yang menarik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *