9 Kisah Nabi Muhammad SAW Singkat Lengkap dari Lahir sampai Wafat, Penuh Teladan untuk Diceritakan ke Anak

Posted on

Di bulan Ramadhan yang penuh berkah, kisah Nabi Muhammad SAW menjadi sejarah menarik untuk dibagikan pada anak-anak. Dari kelahiran hingga diutus sebagai rasul, setiap cerita menyimpan pelajaran berharga yang dapat menginspirasi generasi muda dan menanamkan nilai-nilai moral yang kuat.

Kisah-kisah teladan Nabi Muhammad SAW menggambarkan akhlak mulia yang patut dicontoh, seperti kasih sayang, kejujuran, dan kepemimpinan. Dengan mengenalkan sifat-sifat ini, Bunda dapat membantu Si Kecil memahami pentingnya menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, terutama di bulan suci ini.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah kumpulan cerita perjalanan hidup dan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang penuh makna dan cocok untuk diajarkan kepada anak-anak. Mari simak selengkapnya di bawah ini, ya, Bunda!

Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW: Lahir pada 12 Rabiul awal tahun gajah

Di kota Makkah, lahirlah seorang bayi istimewa yang kelak akan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia. Bayi ini adalah Nabi Muhammad SAW, anak dari pasangan Abdullah dan Aminah.

Ia diperkirakan lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awal, di tahun yang dikenal sebagai Tahun Gajah. Tahun ini disebut demikian karena terjadi serangan pasukan gajah Abrahah ke Makkah, dan Nabi Muhammad lahir 55 hari setelah peristiwa itu.

Kisah Keluarga Nabi Muhammad yang Tidak Masuk Islam sampai Wafat

Sebelum kelahiran Nabi, sang ayah wafat, meninggalkan ibunya seorang diri. Namun, saat subuh yang penuh berkah, kamar Aminah tiba-tiba dipenuhi cahaya yang terang benderang. Seberkas cahaya keluar dari rahimnya dan Aminah melihat ke arah cahaya tersebut.

Ia teringat akan pengalaman serupa yang dialaminya ketika hamil muda. Saat itu, ia melihat istana-istana indah di Syam, seolah-olah Allah SWT telah menyiapkan sesuatu yang luar biasa.

Tak lama kemudian, Nabi Muhammad lahir ke dunia dengan penuh berkah. Ummu Aiman, pembantu Aminah, segera berlari menemui Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad, untuk mengabarkan kelahiran yang menggembirakan ini.

Betapa bahagianya Abdul Muthalib saat mendengar kabar tersebut. Ia segera menemui cucunya dan menggendongnya dengan penuh suka cita.

Dengan penuh rasa syukur, Abdul Muthalib membawa Muhammad ke Ka’bah dan berdoa, “Aku bersyukur kepada-Mu, wahai Rabb Ka’bah! Lindungilah cucuku dan berkahilah dia.”

Abdul Muthalib memberi nama cucunya Muhammad, yang berarti “yang terpuji,” agar semua orang di bumi dan di langit memujinya. Nama ini terdengar asing di telinga orang-orang Makkah, tetapi para ahli kitab sudah mengenalnya dari kitab-kitab suci.

Keluarga Bani Abdul Muthalib pun bersuka cita atas kelahiran Muhammad. Setelah berdoa di depan Ka’bah, Abdul Muthalib membawa Muhammad kembali kepada ibunya, Aminah, yang segera menyusui putranya dengan penuh kasih sayang.

Tujuh hari setelah kelahiran, sesuai tradisi bangsa Arab, Muhammad dikhitan. Pada saat yang sama, Tsuwaibah, mantan budak Abu Lahab, sedang menyusui anaknya.

Abdul Muthalib pun meminta Tsuwaibah untuk menyusui Muhammad. Dengan senang hati, ia pun menjadi wanita kedua setelah Aminah yang menyusui calon utusan Allah SWT.

Kisah masa kecil Nabi Muhammad SAW yang singkat dan lengkap

karya Sri Januarti Rahayu, berikut dua kisah masa kecil Nabi Muhammad SAW yang tak terduga.

Kisah masa kecil Nabi Muhammad SAW: Saat dadanya dibelah

Nabi Muhammad SAW menghabiskan masa kecilnya di pedalaman Bani Sa’ad bersama ibu sepersusuannya. Di sana, beliau tumbuh menjadi anak yang sehat, berhati baik, dan fasih berbahasa. Setiap hari, Nabi Muhammad dan saudara sepersusuannya bermain dan menggembala kambing di padang yang luas.

Suatu hari, saat menggembala kambing, datanglah Malaikat Jibril dalam wujud manusia. Ia menghampiri Nabi Muhammad dan memegang tangannya, membuat beliau terkejut dan pingsan.

Malaikat Jibril kemudian membelah dada Nabi Muhammad, mengeluarkan segumpal darah hitam dari hatinya, dan membersihkannya dengan air zamzam yang disimpan dalam wadah emas. Setelah itu, Jibril meletakkan hati Nabi Muhammad kembali ke tempat semula.

Melihat kejadian ini, saudara sepersusuan Nabi Muhammad sangat ketakutan dan berlari pulang untuk menceritakan kepada ibunya, Halimah.

“Ibu, Muhammad dibunuh!” teriak mereka.

Halimah segera bergegas ke padang gembalaan dan menemukan Nabi Muhammad dalam keadaan baik, bahkan wajahnya terlihat lebih cerah.

“Apa yang terjadi, wahai anakku?” tanya Halimah cemas.

“Dua orang laki-laki berjubah putih mengambil sesuatu dari tubuhku,” jawab Nabi Muhammad polos.

Halimah memeriksa tubuhnya dan tidak menemukan luka. Dengan rasa waswas, ia membawa Nabi Muhammad pulang, khawatir akan keselamatannya.

Dalam beberapa riwayat, air yang digunakan untuk membersihkan hati Nabi Muhammad bukanlah air zamzam, melainkan air dari surga. Peristiwa pembelahan dada ini terjadi dua kali, yaitu saat Nabi Muhammad berusia empat tahun dan sepuluh tahun.

Kisah masa kecil Nabi Muhammad SAW: Saat ibu dan sang kakek wafat

Ketika Nabi Muhammad SAW berusia lima tahun, ia kembali ke rumahnya dan mulai hidup bersama ibunda tercintanya, Siti Aminah, dan kakeknya, Abdul Muthalib.

Hari-hari yang dilalui Nabi Muhammad bersama Aminah dipenuhi dengan kasih sayang dan perhatian. Aminah selalu mengajarkan nilai-nilai baik kepada putranya, dan mereka menghabiskan waktu bersama dengan penuh keceriaan.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Siti Aminah meninggal dunia setelah mereka berdua ziarah ke makam Abdullah, ayah Nabi Muhammad. Aminah sebelumnya jatuh sakit dan dikuburkan di desa Abwaa’.

Setelah kepergian ibunya, Nabi Muhammad kembali ke Makkah bersama Ummu Aiman, pelayan keluarga yang sangat menyayanginya, hingga dianggap sebagai saudara sendiri.

Dalam masa-masa sulit ini, Nabi Muhammad diasuh oleh Abdul Muthalib, kakeknya, yang memberikan kasih sayang dan perhatian yang sangat dibutuhkan oleh cucunya. Nabi Muhammad kecil hidup bahagia dalam asuhan Abdul Muthalib dan Ummu Aiman.

Namun, kebahagiaan itu kembali diuji ketika, dua tahun kemudian, Abdul Muthalib meninggal dunia. Nabi Muhammad yang baru berusia delapan tahun harus menghadapi kehilangan lagi.

Pengasuhan beliau kemudian diserahkan kepada pamannya, Abu Thalib, yang merupakan saudara seibu Abdullah. Abdul Muthalib mewasiatkan hal ini kepada Abu Thalib, berharap cucunya akan mendapatkan perlindungan dan kasih sayang.

Bersama pamannya, Nabi Muhammad SAW tumbuh menjadi anak yang baik dan penuh kasih. Di sinilah, seorang pemuka agama mengenali beliau sebagai utusan Allah SWT. Nabi Muhammad SAW kemudian dipersiapkan untuk membawa pesan Islam kepada seluruh umat manusia.

Kisah Nabi Muhammad SAW dalam perjuangannya menyebarkan Islam

Kisah perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam dimulai ketika beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT di Gua Hira, saat beliau berusia 40 tahun. Wahyu tersebut disampaikan oleh Malaikat Jibril, yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca. Dari sinilah, Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul dan mulai menyampaikan pesan Allah kepada umat manusia.

Setelah menerima wahyu, Nabi Muhammad SAW mulai mengajak keluarganya dan orang-orang terdekat untuk memeluk Islam. Beliau pertama kali mengajak istrinya, Khadijah, dan sepupunya, Ali bin Abi Thalib.

Dengan penuh keyakinan, Nabi Muhammad menyampaikan ajaran tauhid, yaitu keesaan Allah, dan mengajak mereka untuk meninggalkan penyembahan berhala. Seiring waktu, semakin banyak orang yang mengikuti ajaran beliau, termasuk sahabat-sahabat setia seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman.

Setelah mengajak orang-orang terdekat, Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah secara terbuka. Namun, ajaran beliau ditentang keras oleh kaum Quraisy, yang merasa terancam oleh pesan yang beliau sampaikan.

Mereka menganggap ajaran Nabi Muhammad dapat merusak tradisi dan kekuasaan mereka. Kaum Quraisy mulai melakukan berbagai cara untuk menghentikan dakwah Nabi, termasuk mengancam, menyiksa, dan mengusir para pengikutnya.

Meskipun menghadapi penolakan dan ancaman, Nabi Muhammad SAW tidak pernah mundur. Beliau terus berdakwah dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

Dalam setiap kesempatan, beliau menjelaskan ajaran Islam dengan lembut dan penuh pengertian, bahkan kepada musuh-musuhnya. Beliau menunjukkan akhlak yang mulia dan selalu berdoa agar Allah membimbing mereka yang tersesat.

Setelah bertahun-tahun berdakwah di Makkah, situasi semakin sulit. Banyak pengikut Nabi Muhammad yang mengalami penyiksaan dan penganiayaan. Dalam menghadapi kesulitan ini, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk hijrah ke Madinah pada tahun 622 M.

Hijrah ini menjadi titik balik penting dalam sejarah Islam, di mana beliau disambut dengan hangat oleh penduduk Madinah, yang dikenal sebagai Ansar.

Di Madinah, Nabi Muhammad SAW melanjutkan dakwahnya dengan lebih leluasa. Beliau membangun masyarakat Islam yang rukun dan damai, serta menyusun Piagam Madinah yang mengatur hubungan antara umat Islam dan non-Muslim. Nabi Muhammad pun terus mengajak lebih banyak orang untuk memeluk Islam.

Namun, perjuangan dakwah Nabi Muhammad tidak berhenti di situ. Beliau harus menghadapi berbagai pertempuran, seperti Perang Badar dan Uhud, untuk mempertahankan umat Islam dan ajaran yang beliau bawa. Meskipun mengalami banyak kesulitan, Nabi Muhammad SAW selalu menunjukkan keberanian dan kepemimpinan yang luar biasa.

Akhirnya, setelah bertahun-tahun berdakwah, Nabi Muhammad SAW berhasil mengubah Makkah menjadi pusat Islam.

Pada tahun 630 M, beliau kembali ke Makkah dan melakukan pembebasan kota tersebut tanpa pertumpahan darah. Beliau menghancurkan berhala-berhala di Ka’bah dan mengembalikan tempat suci itu sebagai tempat untuk menyembah Allah yang Maha Esa.

Kisah mukjizat Nabi Muhammad SAW

.

Cerita Nabi Muhammad singkat tentang mukjizat: Kitab suci Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Kitab suci ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril.

Mukjizat ini dimulai ketika Nabi Muhammad menerima wahyu pertama di Gua Hira pada usia 40 tahun, tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan 610 M. Oleh sebab itu, 17 Ramadhan diperingati sebagai Hari Nuzulul Qur’an.

Ayat pertama yang diterima adalah dari Surah Al-Alaq, ayat 1-5, yang menandai awal kenabian beliau dan perjuangan untuk menyebarkan agama Islam di Jazirah Arab.

Al-Qur’an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun, berisi ajaran tentang tauhid, akhlak, hukum, dan petunjuk hidup yang lengkap. Salah satu keistimewaan Al-Qur’an adalah keindahan bahasanya yang tak tertandingi dan kesesuaian isinya dengan akal dan hati manusia.

Nabi Muhammad SAW mengajak umatnya untuk membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Beliau juga menantang orang-orang yang meragukan keaslian Al-Qur’an untuk membuat ayat yang serupa, tetapi tidak ada yang mampu melakukannya. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 23:

وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Artinya: “Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”

Tantangan ini menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang mampu membuat satu ayat pun seperti ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Jika mereka gagal menjawab tantangan ini, mereka akan menghadapi neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, seperti yang dinyatakan dalam Surah Al-Baqarah ayat 24:

فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا۟ وَلَن تَفْعَلُوا۟ فَٱتَّقُوا۟ ٱلنَّارَ ٱلَّتِى وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ ۖ أُعِدَّتْ لِلْكَٰفِرِينَ

Artinya: Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) — dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.

Kisah keajaiban mukjizat Nabi Muhammad SAW dari Allah: Peristiwa Isra’ Mi’raj

Di suatu malam yang penuh berkah, terjadi sebuah peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam, yaitu Isra Mi’raj. Ini adalah perjalanan luar biasa yang dijalani oleh Nabi Muhammad SAW.

Peristiwa bersejarah ini terjadi pada tanggal 27 Rajab di tahun Kenabian. Kisahnya pun tertulis dalam Al-Qur’an, tepatnya di surat Al-Isra.

Pada malam yang istimewa itu, Nabi Muhammad SAW bersama Malaikat Jibril bersiap untuk memulai perjalanan yang luar biasa. Mereka berangkat dari Masjidil Haram di Makkah, tempat suci yang sangat dicintai oleh umat Islam.

Dengan penuh rasa ingin tahu dan semangat, Nabi Muhammad SAW melangkah bersama Jibril menuju Masjidil Aqsa di Palestina.

Setelah tiba di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW melihat keindahan tempat tersebut. Di sana, beliau bertemu dengan para nabi dan malaikat yang telah datang sebelum beliau. Mereka semua menyambut Nabi Muhammad SAW dengan hangat, seolah-olah mereka sudah menunggu kedatangannya.

Setelah pertemuan yang penuh kebahagiaan itu, perjalanan Nabi Muhammad SAW belum berakhir. Dengan izin Allah, beliau diangkat ke langit yang tinggi.

Di sana, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan malaikat-malaikat yang sangat agung dan para nabi terdahulu, seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Setiap nabi menyambutnya dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang.

Di langit ketujuh, Nabi Muhammad SAW menerima perintah yang sangat penting dari Allah SWT. Allah memerintahkan agar umat Islam melaksanakan salat lima waktu setiap harinya.

Para nabi terdahulu juga memberikan pesan kepada Nabi Muhammad SAW untuk selalu memperhatikan umatnya. Mereka semua berharap agar Nabi Muhammad SAW dapat membimbing umatnya dengan penuh kasih sayang dan kebijaksanaan.

Setelah menerima semua perintah dan pesan tersebut, Nabi Muhammad SAW kembali ke bumi dengan hati yang penuh rasa syukur. Beliau menceritakan pengalaman luar biasa ini kepada umatnya, dan mereka semua sangat terinspirasi oleh perjalanan yang menakjubkan itu.

Kisah mukjizat Nabi Muhammad SAW singkat: Membelah bulan

Di sebuah negeri yang jauh, hiduplah seorang raja bijaksana bernama Habib ibn Malik. Suatu hari, raja yang baik hati ini menerima surat undangan dari seorang pemimpin yang bernama Abu Jahal.

Abu Jahal ingin bertemu dengan Habib dan membahas tentang seorang nabi yang bernama Muhammad. Dengan semangat, Habib mempersiapkan pasukannya yang berjumlah 12 ribu kuda untuk berangkat menuju Makkah.

Setelah perjalanan yang panjang, Habib dan pasukannya tiba di Kota Abtha, dekat Makkah. Di sana, Abu Jahal beserta para pembesar Quraisy menyambutnya dengan hangat.

Mereka memberikan hadiah berupa budak dan perhiasan yang berkilauan. Setelah mereka duduk berhadapan, Habib pun bertanya, “Tuan Abu Jahal, siapakah sebenarnya Muhammad ini?”

Abu Jahal menjawab dengan nada penuh kebencian, “Kami mengenalnya sebagai orang yang jujur dan bisa dipercaya. Namun, ketika ia berusia 40 tahun, ia mulai menghina tuhan kami dan mengajak orang-orang untuk mengikuti agama yang berbeda!”

Habib yang penasaran berkata, “Bawalah dia ke hadapanku! Jika dia tidak mau, paksa dia untuk datang!”

Tak lama kemudian, seseorang pergi memanggil Rasulullah SAW. Dengan penuh keberanian, Rasulullah datang ditemani istrinya, Khadijah dan sang sahabat setia, Abu Bakar. Ketika Rasulullah SAW tiba, wajahnya bersinar cerah, membuat Habib tertegun.

“Hai Muhammad,” kata Habib, “Setiap nabi memiliki mukjizat. Apakah kau juga memilikinya?”

Rasulullah SAW tersenyum dan bertanya, “Apa yang engkau inginkan, wahai raja?”

Habib menjawab dengan penuh harapan, “Aku ingin kau membuat matahari terbenam dan bulan terbelah menjadi dua, lalu bersatu kembali di atas kepalamu dan bersaksi atas kerasulanmu!”

Mendengar permintaan itu, Abu Jahal hanya bisa tersenyum sinis. “Permintaanmu sungguh luar biasa!” katanya.

Rasulullah SAW kemudian pergi ke Jabal Abu Qubaisy, sebuah bukit yang tinggi. Di sana, beliau mendirikan salat dua rakaat dan berdoa kepada Allah. Tak lama kemudian, Malaikat Jibril datang menghampiri beliau.

“Assalamu’alaikum, ya Rasulullah,” sapa Jibril. “Allah menyampaikan salam kepadamu dan berfirman, ‘Janganlah kau bersedih, Aku selalu bersamamu. Pergilah temui mereka dan tunjukkan mukjizat yang telah Aku siapkan.’”

Saat itu, matahari mulai condong ke barat, dan kegelapan mulai menyelimuti bumi. Tiba-tiba, bulan purnama muncul dan bersinar terang. Rasulullah SAW memberi isyarat dengan jarinya, dan bulan itu bergerak turun, berhenti di hadapannya. Dengan izin Allah, bulan terbelah menjadi dua bagian.

Semua yang hadir tertegun melihat keajaiban itu. Bulan yang terbelah kemudian bersatu kembali di atas kepala Rasulullah dan bersaksi, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.”

Setelah itu, bulan kembali ke langit, dan matahari muncul kembali seperti sedia kala. Namun, meskipun mukjizat yang luar biasa telah ditunjukkan, Abu Jahal dan para pengikutnya tetap tidak mau beriman. Mereka menganggap semua itu sebagai sihir.

Kisah singkat Nabi Muhammad dan pengemis buta

Di sebuah kota yang indah bernama Madinah, hiduplah seorang nabi yang penuh kasih, Nabi Muhammad SAW. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat pengasih, bahkan kepada orang-orang yang selalu mencela dan menghinanya.

Di sudut pasar Madinah, terdapat seorang pengemis Yahudi yang buta. Setiap hari, ia mengeluarkan kata-kata hinaan kepada Nabi Muhammad SAW, dan banyak orang yang mendengar ucapannya yang kasar.

Namun, di antara kerumunan orang di pasar, ada seorang yang berhati mulia. Setiap hari, orang ini datang dengan penuh kasih sayang untuk menyuapi pengemis buta itu.

Karena pengemis tersebut tidak dapat melihat, ia tidak tahu siapa yang selalu memberinya makan dengan lembut. Ia hanya merasakan kehangatan dan perhatian dari tangan yang menyuapinya.

Suatu hari, pengemis itu merasa kehilangan. Orang yang selalu menyuapinya tidak datang seperti biasanya. Ia merasa lapar dan bingung.

Tak lama kemudian, Abu Bakar As-Shiddiq, sahabat Nabi Muhammad SAW, datang dan menyuapinya. Namun, pengemis itu segera marah.

“Hei, siapa kamu? Kamu bukan orang yang biasa menyuapi aku!” teriak pengemis itu.

Abu Bakar dengan sabar menjawab, “Aku adalah sahabat orang yang selalu menyuapimu.”

“Ke mana dia? Kenapa dia tidak datang menyuapiku?” tanya pengemis itu dengan nada marah.

Dengan lembut, Abu Bakar menjelaskan, “Orang yang setiap hari menyuapimu adalah Nabi Muhammad SAW. Beliau telah wafat kemarin.”

Mendengar berita itu, pengemis itu terkejut. “Benarkah ia telah meninggal? Dia tak pernah marah sedikit pun, selalu mendatangiku dan membawakan makanan setiap hari. Dia begitu mulia hatinya, penuh kasih sayang,” ucapnya sambil menahan tangis.

Air mata penyesalan mengalir di pipinya. Ia menyadari bahwa orang yang selama ini ia caci maki dan hina adalah sosok yang paling baik dan penuh kasih. Dalam hatinya, ia merasa sangat menyesal atas semua kata-kata buruk yang pernah ia ucapkan.

Dengan penuh rasa syukur dan penyesalan, pengemis Yahudi buta itu akhirnya mengucapkan syahadat di hadapan Abu Bakar As-Shiddiq.

“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya,” katanya dengan suara bergetar.

Kisah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah

Pada suatu waktu, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya menghadapi banyak tantangan di Kota Makkah. Mereka berusaha menyebarkan ajaran Islam, tetapi banyak orang yang tidak percaya dan bahkan menganggap Nabi gila.

Kaum kafir Quraisy semakin membenci Nabi dan berusaha menghentikannya dengan berbagai cara, termasuk mengusir kaum Muslimin dari Makkah.

Karena situasi yang semakin sulit dan berbahaya, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk berhijrah ke Kota Madinah. Hijrah ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh musuh-musuhnya.

Dalam perjalanan ini, Nabi dan para pengikutnya sangat bergantung pada Allah SWT, berharap akan perlindungan dan petunjuk-Nya.

Setelah menempuh perjalanan yang penuh tantangan, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya akhirnya tiba di Madinah. Mereka disambut dengan hangat oleh penduduk setempat, yang dikenal sebagai kaum Anshar.

Salah satu orang yang pertama kali melihat kedatangan Nabi adalah seorang Yahudi yang berteriak memanggil penduduk Madinah untuk menyambutnya.

Penduduk Madinah sangat gembira dan berbondong-bondong keluar untuk menyambut Nabi Muhammad SAW. Mereka belum pernah melihat beliau sebelumnya, jadi banyak dari mereka yang salah mengira Abu Bakar, sahabat Nabi, sebagai Nabi Muhammad SAW.

Ketika Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar tiba, penduduk Madinah menyambut mereka dengan penuh suka cita. Banyak wanita dan anak-anak membacakan syair yang menggembirakan:

“Telah muncul bulan purnama ke atas kami, yang datang dari bukit, Tsaniyatil Wada’, wajib bersyukur atas kami dan atas ajakannya kepada Allah.”

Kedatangan Nabi Muhammad SAW di Madinah menandai awal baru bagi umat Islam. Di sana, beliau membangun masjid, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, serta menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera.

Kisah Nabi Muhammad singkat berdagang di Negeri Syam

Orang-orang Quraisy memiliki kebiasaan melakukan perjalanan dagang pada musim dingin dan musim panas. Saat musim dingin, mereka berangkat ke Yaman, sementara saat musim panas, mereka berdagang ke Syam.

Pada suatu hari di musim panas, Abu Thalib dan rombongan Quraisy bersiap untuk berangkat ke Syam. Ia menyiapkan tunggangan dan perbekalan yang akan dibawa dalam perjalanan jauh itu.

Ketika Muhammad mendengar bahwa Abu Thalib dan rombongan dagangnya akan berangkat ke Syam, ia sangat ingin ikut. Mendengar keinginan keponakan tersayangnya itu, Abu Thalib merasa luluh. Ia tidak tega meninggalkan Muhammad sendirian di Makkah.

“Demi Allah,” kata Abu Thalib kepada istrinya, Fathimah, “aku harus membawanya pergi bersamaku.”

Saat itu, usia Muhammad baru 12 tahun. Perjalanan ke Syam sangat jauh untuk anak seusianya, dan Fathimah pun merasa khawatir. Namun, ia tidak membantah keputusan suaminya, karena ia tahu betapa besar cinta Abu Thalib kepada Muhammad.

“Dia tidak boleh berpisah denganku,” kata Abu Thalib. “Dan aku tidak boleh berpisah dengannya untuk selama-lamanya.”

Akhirnya, rombongan dagang itu pun mulai meninggalkan Makkah. Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang, mereka tiba di Bushra, sebuah kawasan yang termasuk dalam wilayah Syam. Rombongan itu memutuskan untuk beristirahat di sana.

Saat beristirahat, mereka melewati sebuah biara besar milik seorang pendeta Nasrani bernama Jirjis, yang lebih dikenal sebagai Buhaira. Pendeta Buhaira terkenal sebagai orang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang agama.

Rombongan berhenti di bawah pohon rindang, dan pendeta Buhaira memperhatikan mereka dari dalam biaranya. Ia melihat awan menaungi rombongan dagang dari Makkah itu, dan sepanjang perjalanan, ia menyaksikan pohon-pohon seolah turut memayungi mereka.

Pendeta Buhaira segera menyuruh pembantunya untuk menyiapkan makanan. Setelah itu, ia keluar dan menemui rombongan tersebut. Begitu melihat Muhammad, pendeta itu langsung menghampirinya dan memegang tangan Muhammad dengan lembut.

“Inilah penghulu para rasul. Inilah rasul utusan Tuhan alam semesta. Inilah orang yang diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam,” kata Pendeta Buhaira dengan penuh keyakinan.

“Dari mana engkau tahu?” tanya Abu Thalib, terkejut mendengar pernyataan itu.

“Sungguh,” jawab Pendeta Buhaira. “Ketika kalian mendekati Aqabah, semua batu dan pohon merunduk. Batu dan pohon tidak akan bersujud kecuali di situ ada seorang nabi.”

Pendeta Buhaira kemudian memperingatkan Abu Thalib agar segera membawa keponakannya kembali ke negeri asal mereka. “Jagalah ia dari kejahatan orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat seperti yang aku lihat, niscaya mereka akan membunuhnya.”

Mendengar perkataan tersebut, Abu Thalib langsung mempercayainya. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Pendeta Buhaira, rombongan Abu Thalib segera bergegas pergi, meninggalkan biara Buhaira dengan hati yang penuh rasa syukur dan kewaspadaan.

Cerita Nabi Muhammad SAW singkat saat membangun Kota Madinah

karya Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, diceritakan tentang perjalanan luar biasa Nabi Muhammad SAW setelah hijrahnya dari Kota Makkah menuju Kota Madinah.

Perjalanan ini bukan hanya sekadar berpindah tempat, tetapi juga membawa tanggung jawab besar untuk membangun masyarakat Muslim yang baru.

Pada hari Jumat, 12 Rabiul Awwal 1 H, bertepatan dengan 27 September 622 M, Nabi Muhammad SAW singgah di Bani An-Najjar. Saat itu, Kota Madinah masih dalam keadaan labil. Ada tiga kelompok masyarakat yang berbeda di sana:

  1. Sahabat-sahabat Nabi yang suci, mulia, dan baik hati
  2. Orang-orang musyrik dari berbagai kabilah yang tidak mau beriman kepada Rasulullah
  3. Orang-orang Yahudi yang memandang Islam dengan kebencian dan kedengkian.

Membangun masyarakat yang ideal tentu membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Nabi Muhammad SAW tahu bahwa untuk mencapai tujuan ini, ia harus melalui berbagai tahapan, termasuk menetapkan syariat, hukum, pengetahuan, dan pendidikan.

Nabi Muhammad SAW melakukan berbagai upaya untuk membangun Kota Madinah. Berikut adalah beberapa langkah penting yang beliau ambil:

  1. Membangun Masjid Nabawi: Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah membangun Masjid Nabawi. Beliau tidak hanya memimpin, tetapi juga ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut, seperti memindahkan bata dan bebatuan. Masjid ini bukan hanya tempat untuk salat, tetapi juga berfungsi sebagai sekolah, balai pertemuan, tempat mengajar, dan pusat pemerintahan. Masjid Nabawi juga menjadi tempat tinggal bagi orang-orang Muhajirin yang miskin, sehingga mereka merasa aman dan nyaman.

  2. Mempersaudarakan sesama Muslim: Langkah kedua yang diambil Nabi Muhammad SAW adalah mempersatukan umat Islam. Beliau berusaha mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin yang datang dari Makkah dan Anshar yang merupakan penduduk asli Madinah. Persaudaraan ini bukan hanya sekadar ucapan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata, seperti berbagi harta dan saling membantu.

  3. Membuat perjanjian dengan Yahudi: Setelah berhasil membangun masyarakat Islam yang baru, Nabi Muhammad SAW juga menjalin hubungan baik dengan orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah. Beliau menawarkan perjanjian yang memberikan kebebasan untuk menjalankan agama masing-masing dan menjamin keamanan bagi semua.

Setelah perjanjian tersebut disepakati, Kota Madinah menjadi makmur dan damai. Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin yang bijaksana, dan masyarakat Madinah hidup dalam kebahagiaan dan keamanan. Kota Madinah pun menjadi ibu kota bagi kaum Muslim, tempat di mana mereka bisa hidup rukun dan saling menghormati.

Hikmah cerita dari kisah teladan Nabi Muhammad SAW untuk diajarkan kepada anak

Kisah-kisah Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa meskipun beliau adalah utusan Allah SWT dengan banyak keistimewaan, beliau tetap rendah hati dan berakhlak mulia.

Sejak kecil, Nabi Muhammad adalah yatim piatu, tetapi ia selalu tabah dan sabar. Nabi Muhammad tidak pernah menyalahkan kehilangan orang-orang tersayangnya kepada Yang Maha Kuasa. Sebaliknya, beliau tetap semangat untuk menggali ilmu agama.

Ketika mulai menyebarkan Islam, banyak orang Quraisy yang menentangnya. Mereka mencela dan bahkan melemparkan kotoran kepada beliau. Namun, Nabi Muhammad tidak membalas perlakuan buruk itu. Beliau berdoa kepada Allah agar mereka dimaafkan.

Salah satu contoh akhlak mulia Rasulullah adalah ketika beliau memperlakukan seorang pengemis buta yang selalu mencelanya dengan baik. Setiap hari, Nabi Muhammad menyuapi pria tua itu tanpa mengungkapkan identitasnya. Hanya setelah Nabi Muhammad wafat, sang pengemis baru menyadari bahwa orang yang selama ini berbuat baik kepadanya adalah orang yang selalu ia hina.

Perjuangan Nabi Muhammad dalam berdakwah tidaklah mudah. Selama 23 tahun, beliau menghadapi banyak tantangan, termasuk ancaman dari kaum Quraisy yang bahkan mengancam nyawanya. Setelah hijrah ke Madinah, beliau menciptakan perjanjian antara kaum Muhajirin dan Anshar agar mereka dapat hidup rukun bersama.

Meskipun Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling mulia dan diberikan banyak kelebihan, beliau tidak pernah sombong. Beliau hanya menunjukkan mukjizatnya ketika diminta, seperti saat membelah bulan setelah seorang raja dari Syam meminta tanda kenabian beliau.

Demikianlah kumpulan kisah Nabi Muhammad SAW yang penuh teladan, sangat cocok untuk diceritakan kepada anak-anak selama bulan suci Ramadhan. Si Kecil dapat meneladani sikap-sikap baik dan penuh kasih dari cerita Nabi Muhammad SAW tersebut, Bunda!

Pilihan Redaksi
  • Kumpulan Kisah Nabi Muhammad Lengkap untuk Diajarkan ke Anak & Mukjizatnya
  • Kisah Abdul Muthalib Kakek Nabi Muhammad SAW dan Perjalanan Istimewa di Hidupnya
  • Kisah Bunda Pengasuh Rasulullah SAW yang Dijaminkan Surga

. Gratis!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *