Pada Kamis dini hari, 3 Juli 2024, sebuah tragedi maritim terjadi di Selat Bali ketika Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya dilaporkan tenggelam saat dalam perjalanan dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Kejadian ini menimbulkan banyak korban jiwa dan menyita perhatian nasional.
Kronologi Kecelakaan
KMP Tunu Pratama Jaya berangkat dari Pelabuhan Ketapang pada Rabu (2/7) pukul 23.35 WIB. Sekitar satu jam kemudian, tepatnya pukul 00.16 WITA, kapal sempat mengirimkan sinyal darurat melalui kanal 17 karena mengalami kebocoran di ruang mesin. Tiga menit berselang, kapal mengalami blackout total dan akhirnya terbalik serta hanyut ke arah selatan dengan koordinat -08°09.371′, 114°25, 1569′.
Data Muatan Kapal
Berdasarkan data manifest yang tersedia, kapal membawa total 53 penumpang dan 12 kru, sehingga jumlah manusia di atas kapal mencapai 65 orang. Selain itu, ada juga 22 kendaraan bermotor yang ikut dalam pelayaran tersebut.
Respon Pemerintah
Presiden Prabowo Subianto segera merespons insiden ini setelah mendapatkan laporan langsung dari dalam negeri. Melalui Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Presiden memerintahkan semua pihak untuk sigap melakukan penyelamatan korban dan terus memantau perkembangan operasi SAR.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi juga memberikan instruksi tegas kepada jajaran Kementerian Perhubungan dan pihak terkait agar mempercepat proses pencarian dan pertolongan korban. Ia menekankan pentingnya koordinasi dan keselamatan dalam pelaksanaan operasi SAR.
Proses Evakuasi Korban
Tim SAR gabungan segera dikerahkan ke lokasi kecelakaan. Pada hari pertama pencarian, tim berhasil mengevakuasi 36 korban, terdiri dari 30 orang selamat dan 6 korban meninggal dunia. Mayoritas korban ditemukan di perairan Pebuahan, Jembrana. Namun, masih ada 29 orang yang belum ditemukan sesuai data awal manifest.
Di hari kedua pencarian, upaya SAR diperluas dengan mengerahkan unit dari darat, laut, dan udara. Sayangnya, hasilnya belum memuaskan karena tidak ada penemuan korban baru. Faktor cuaca seperti penurunan visibilitas menjadi penghambat utama dalam operasi pencarian.
Dugaan Adanya Penumpang Luar Manifest
Sejumlah pihak mulai mencurigai bahwa jumlah korban bisa lebih besar dari yang tercatat dalam manifest. Seorang warga Banyuwangi bernama Yatini melaporkan bahwa suaminya, Fauzey bin Awang, tidak terdaftar dalam daftar penumpang resmi. Padahal, mobil travel yang ditumpanginya, dengan nomor polisi DK 7994, tercatat sebagai muatan kapal.
Fauzey, yang merupakan warga negara asing (WNA) Malaysia, berencana pulang ke negaranya melalui Bandara Ngurah Rai, Bali. Keluarga masih menunggu kepastian kondisi Fauzey hingga saat ini.
Investigasi KNKT
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah memulai investigasi terkait musibah ini. Mereka akan meneliti izin berlayar kapal, termasuk Surat Persetujuan Berlayar (SPB), serta memastikan apakah prosedur keselamatan telah dipatuhi sebelum keberangkatan.
Selain itu, KNKT juga mengumpulkan bukti-bukti tambahan seperti video dari media sosial dan informasi dari pihak-pihak terkait. Meskipun fokus utama saat ini adalah pencarian korban, investigasi secara lengkap akan dimulai setelah operasi SAR selesai.
Santunan bagi Korban
Jasa Raharja turut merespons tragedi ini dengan memastikan santunan bagi seluruh korban yang tercatat dalam manifest. Besaran santunan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, yaitu Rp 50 juta untuk korban meninggal dunia dan Rp 20 juta untuk korban cedera.
Petugas Jasa Raharja telah diterjunkan ke rumah sakit dan rumah keluarga korban guna mempercepat proses penyaluran santunan tersebut.
Hari Ketiga: Pencarian Hingga Dasar Laut
Memasuki hari ketiga pencarian, Sabtu (5/7), Tim SAR Gabungan mulai melakukan operasi penyelaman. Wilayah pencarian diperluas hingga ke dasar laut, dengan kedalaman rata-rata 40–50 meter. Sebelum penyelaman dimulai, persiapan ekstensif dilakukan untuk memastikan kesiapan alat, infrastruktur, dan personel.
“Personel harus melewati serangkaian prosedur untuk memastikan mereka siap melakukan penyelaman,” kata Deputi Operasi SAR dan Kesiapsiagaan Basarnas, Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno.
Upaya penyelamatan terus dilanjutkan dengan harapan dapat menemukan lebih banyak korban yang masih hilang.