Penyebab Dahak Berwarna Hijau dan Apa yang Harus Dilakukan
Dahak adalah lendir yang dihasilkan oleh paru-paru saat seseorang batuk. Warna dahak bisa bervariasi, mulai dari putih, kuning, hijau, hingga merah. Perubahan warna ini bisa menjadi indikator penting mengenai kondisi kesehatan seseorang. Jika seseorang sehat, dahak biasanya bersih dan tidak berwarna. Namun, jika sedang sakit, warna dahak bisa berubah, termasuk menjadi hijau. Dahak berwarna hijau sering kali menunjukkan adanya infeksi, dan ini bisa menjadi tanda untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Berikut adalah beberapa penyebab umum dari dahak berwarna hijau:
-
Sinusitis
Sinusitis adalah peradangan pada sinus hidung, yaitu rongga kecil di sekitar hidung dan mata. Alergi atau infeksi bakteri dapat menyebabkan pembengkakan pada sinus, yang berdampak pada peningkatan produksi dahak berwarna hijau. Gejala lain yang muncul antara lain hidung tersumbat, demam, sakit kepala, nyeri di sekitar mata, dan wajah terasa berat. Jika gejala berlangsung lebih dari 5 hari, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. -
Pneumonia
Pneumonia biasanya merupakan komplikasi dari masalah pernapasan lainnya. Orang yang menderita pneumonia sering mengalami batuk berdahak dengan warna kuning, hijau, atau bahkan berdarah. Gejala utama meliputi batuk, demam, menggigil, dan sesak napas. Jenis pneumonia bisa berbeda-beda, tetapi gejalanya umumnya mirip. -
Faringitis
Faringitis adalah peradangan pada faring, yaitu bagian belakang tenggorokan. Infeksi bakteri seperti Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan peradangan ini. Gejala yang muncul meliputi sakit tenggorokan, dahak hijau, sensasi ada lendir di tenggorokan, kesulitan menelan, demam, dan gatal di tenggorokan. Pengobatan biasanya melibatkan penggunaan antibiotik dan obat antiperadangan. Selain itu, minum banyak cairan juga sangat dianjurkan. -
Bronkitis
Bronkitis adalah kondisi ketika dinding bronkus (saluran udara utama) mengalami peradangan. Hal ini menyebabkan produksi lendir meningkat, sehingga membuat pernapasan lebih sulit. Batuk kering sering menjadi gejala awal. Jika disebabkan oleh virus, lendir yang keluar biasanya berwarna putih. Namun, jika warnanya berubah menjadi hijau atau kuning, ini bisa menandakan adanya infeksi bakteri. -
Fibrosis Kistik
Fibrosis kistik adalah penyakit genetik yang memengaruhi sel penghasil lendir di paru-paru. Penyakit ini menyebabkan produksi lendir yang terlalu banyak dan lengket, sehingga mudah menumpuk di paru-paru. Akibatnya, penderita lebih rentan terhadap infeksi paru-paru seperti pneumonia. Gejala umum meliputi batuk berdahak hijau, demam, kelelahan, dan kesulitan bernapas. Pengobatan biasanya dilakukan oleh spesialis paru-paru dengan kombinasi antibiotik, pengencer dahak, dan bronkodilator. -
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
PPOK adalah penyakit radang paru-paru kronis yang menyebabkan aliran udara terhambat. Saluran udara mengalami penyempitan, dan paru-paru menghasilkan lendir berlebih. Dahak yang keluar biasanya berwarna putih. Namun, jika terjadi eksaserbasi, jumlah dahak meningkat dan warnanya berubah menjadi kuning atau hijau. Perubahan warna ini bisa menjadi tanda bahwa kondisi PPOK semakin parah. -
Abses Paru
Abses paru adalah kantong berisi nanah akibat infeksi bakteri. Dahak hijau bisa muncul ketika abses pecah. Abses ini sering terjadi sebagai komplikasi dari pneumonia, terutama jika makanan atau isi lambung masuk ke paru-paru. Jika tidak ditangani, abses bisa berkembang menjadi nekrosis jaringan dalam waktu 1 hingga 2 minggu. -
Infeksi COVID-19 yang Parah
Infeksi COVID-19 yang parah dapat memengaruhi fungsi paru-paru dan menyebabkan pneumonia virus. Pada kasus tertentu, infeksi ini juga bisa menyebabkan pneumonia bakteri sekunder, yang menimbulkan gejala seperti batuk dan dahak berwarna hijau. Infeksi ini lebih umum terjadi pada anak-anak, lansia, dan orang dengan sistem imun yang lemah.
Dahak berwarna hijau bisa menjadi tanda adanya infeksi, namun tidak semua kasus memerlukan pengobatan segera. Namun, jika kondisi ini memengaruhi kehidupan sehari-hari, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
