7 Tips Ampuh Cegah Mabuk Ketinggian Saat Mendaki

Posted on

Mabuk ketinggian atau yang dalam dunia medis dikenal sebagai altitude sickness adalah kondisi umum yang sering dialami oleh para pendaki saat berada di kawasan dengan ketinggian tertentu, biasanya di atas 2.500 meter dari permukaan laut. Kondisi ini terjadi karena tubuh belum mampu beradaptasi dengan kadar oksigen yang semakin menipis di dataran tinggi. Gejala yang muncul bisa bervariasi, mulai dari sakit kepala, mual, muntah, kelelahan ekstrem, hingga kesulitan bernapas. Jika tidak ditangani dengan tepat, mabuk ketinggian dapat menjadi sangat berbahaya dan mengancam nyawa.

Siapa pun bisa mengalami mabuk ketinggian, baik pendaki pemula maupun yang sudah berpengalaman sekalipun. Oleh karena itu, penting untuk memahami langkah-langkah pencegahan serta cara mengatasinya jika gejala mulai muncul selama perjalanan mendaki. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

1. Persiapan Nutrisi yang Tepat

Nutrisi memainkan peran penting dalam menjaga stamina dan membantu tubuh beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebelum mendaki, pastikan tubuh telah diisi dengan makanan bergizi, terutama karbohidrat kompleks seperti nasi merah, oatmeal, atau roti gandum utuh. Karbohidrat jenis ini lebih efisien digunakan tubuh untuk menghasilkan energi di ketinggian dibanding lemak.

Hindari makanan berat dan berminyak yang sulit dicerna dan bisa menyebabkan ketidaknyamanan di perut selama pendakian. Bawalah camilan sehat seperti buah kering, kacang-kacangan, atau energy bar untuk menjaga cadangan energi selama perjalanan.

2. Menjaga Tubuh Tetap Terhidrasi

Dehidrasi adalah salah satu faktor yang memperburuk gejala mabuk ketinggian. Untuk itu, penting untuk minum air secara rutin, bahkan jika tidak merasa haus. Targetkan konsumsi minimal 3–4 liter air per hari selama berada di daerah pegunungan.

Bawalah botol air yang mudah dijangkau dan letakkan di tempat yang mudah diakses di tas. Hindari konsumsi alkohol dan kafein berlebihan karena kedua zat tersebut meningkatkan risiko dehidrasi melalui peningkatan frekuensi buang air kecil.

3. Hindari Konsumsi Alkohol dan Rokok

Merokok mengurangi kemampuan darah dalam mengikat oksigen, sehingga mempersulit proses adaptasi tubuh terhadap lingkungan dengan kadar oksigen rendah. Selain itu, rokok dan obat-obatan tertentu seperti pil tidur juga bisa memperberat gejala mabuk ketinggian.

Sebaiknya hindari penggunaan alkohol, rokok, atau pil tidur setidaknya dua jam sebelum memulai pendakian guna memberi tubuh kesempatan optimal untuk beradaptasi.

4. Atur Waktu Pendakian agar Tidur di Tempat Lebih Rendah

Gejala mabuk ketinggian cenderung memburuk pada malam hari, terutama saat tidur di ketinggian yang ekstrem. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah mencoba turun ke ketinggian yang lebih rendah untuk tidur.

Misalnya, rencanakan pendakian dimulai pagi hari sehingga Anda bisa mencapai puncak pada siang hari dan segera turun sebelum matahari terbenam. Dengan begitu, tubuh tidak dipaksa untuk beristirahat di tempat yang berpotensi memicu gejala lebih parah.

5. Naik Secara Bertahap

Kecepatan naik merupakan faktor penting dalam aklimatisasi tubuh. Usahakan untuk mendaki dengan tenang dan tidak terburu-buru. Hindari pendakian terlalu cepat, terutama jika berada di ketinggian di atas 2.400 meter.

Bagi pendaki pemula atau mereka yang memiliki riwayat mabuk ketinggian, batasi kenaikan ketinggian maksimal 300–450 meter per hari. Ini memberikan tubuh waktu yang cukup untuk beradaptasi secara bertahap.

6. Pertimbangkan Penggunaan Obat Pencegahan

Beberapa pendaki mungkin memerlukan bantuan obat untuk mempercepat proses aklimatisasi. Salah satunya adalah acetazolamide, yang bekerja dengan meningkatkan laju pernapasan dan membantu tubuh mengeluarkan bikarbonat, sehingga merangsang penyesuaian terhadap kadar oksigen yang rendah.

Namun, obat ini harus dikonsumsi sesuai resep dokter. Pastikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu sebelum menggunakan obat ini. Selain itu, ada juga obat seperti deksametason yang digunakan untuk mengobati mabuk ketinggian, tetapi umumnya tidak direkomendasikan untuk pencegahan rutin.

7. Dengarkan Tubuh dan Jangan Memaksa

Salah satu prinsip terpenting dalam mendaki adalah mendengarkan tubuh. Setiap orang memiliki tingkat toleransi yang berbeda terhadap perubahan lingkungan dan tekanan fisik. Jangan memaksakan diri untuk terus naik jika sudah merasa lelah atau mulai mengalami gejala mabuk ketinggian.

Berhentilah sejenak untuk beristirahat, atur napas, dan pertimbangkan untuk turun jika kondisi semakin memburuk. Prioritaskan kenyamanan dan keselamatan diri sendiri daripada mencapai tujuan pendakian.

Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah di atas, risiko mabuk ketinggian dapat diminimalkan. Hal ini akan membuat pengalaman mendaki lebih aman, nyaman, dan menyenangkan. Persiapkan diri dengan baik, baik secara fisik maupun mental, sebelum memulai petualangan di alam pegunungan. Selamat mendaki!